97 research outputs found

    Model Inovasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

    Get PDF
    Waste problems are endless in people\u27s lives. Increasing community consumptiveness towards household needs is an obstacle in handling household waste. Household waste can reach 500 ounces in one day. While the landfill (TPA) is increasingly ineffective in accommodating waste from various regions. Waste management in RW 01, Cemorokandang Urban Village, Malang City has not been handled properly and each of them does garbage disposal by transporting garbage cars with self-sufficiency in the community by paying contributions every month. A framework for organizational and management conception models is needed to provide an understanding of the community of housewives in handling the problem of waste into organic fertilizer through the separation of organic and non-organic waste. Organic waste has high economic value into organic liquid fertilizer if it is managed and handled applicatively. This, can increase public awareness in maintaining the environment and increase economic independence for the community groups RT 03 and RT 04 RW 01 Cemorokandang Village, and the people of Malang City in general. So that it can be used as a reference for the government to provide understanding and handling of waste nationally to improve the lives of social communities in safeguarding and preserving the environment and economic prosperity

    Etnobotani dan Persentase Frekuensi Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida) di Pekarangan Desa Jombok Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang

    Get PDF
    Plants of Suruhan (Peperomia pellucida) is one of the wild plants that usually grow in moist and population in places. It can be used as antibacterial, anti-inflammatory, and analgesic. People of Jombok Village are still not much aware of the benefits of this plant. The purpose of this research is to know the percentage of frequency and community perception of Jombok Village regarding the utilization of the plant. The methods used in this study are qualitative and quantitative descriptive methods through observation, interviews, questionnaires, and documentation. The results of this research show that the percentage of Suruhan plants based on their habitat with the highest percentage is in the house fence that there is no ditch about 45% and the lowest is in the pot about 11.67%. Meanwhile, the percentage of Suruhan plant is based on each hamlet, a Bulurejo hamlet with the highest percentage around 26% and the lowest in Kasin  around 11%. The public perception of the plant's knowledge is about 58.34% which knows and about 41.66% who do not know. The knowledge of people who know the benefits of the plant is 48.54% and who do not know that is 51.46%. The Use Value test result is the use of plant parts, the most widely used are the leaves and stems with a percentage of each – approximately 28%, the plant is least used by the roots and flowers of each – Approximately 22%. Second is the utilization of plant of plants as medicine and health drink is the highest percentage of uric acid of 38.23%, muscle aches 23.52%, cholesterol-lowering 11.67%, aches, 8.82%, health drinks 8.82%, heat in 5.88%, and a fever of 2.94% Keywords: Peperomia pellucida, ethnobotany, and knowledge society ABSTRAK Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida) merupakan salah satu tumbuhan liar yang biasanya tumbuh di tempat-tempat lembab dan bergerombol. Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai antibakteri, antiinflamasi, dan analgesik. Masyarakat Desa Jombok masih belum banyak yang mengetahui manfaat dari tumbuhan ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui persentase frekuensi dan persepsi masyarakat Desa Jombok mengenai pemanfaatan tumbuhan suruhan. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase frekuensi tumbuhan Suruhan berdasarkan habitatnya dengan persentase tertinggi yaitu di pagar rumah yang tidak ada selokan sekitar 45% dan terendah yaitu di dalam pot sekitar 11,67%. Sedangkan persentase masing – masing dusun, dusun dengan persentase tertinggi yaitu Bulurejo sekitar 26% dan  terendah di Kasin sekitar 11%. Adapun persepsi masyarakat terhadap pengetahuan tumbuhan suruhan yaitu sekitar 58,34% yang mengetahui dan 41,66% tidak mengetahui. Pengetahuan masyarakat yang mengetahui manfaat tumbuhan suruhan yaitu 48,54% dan tidak mengetahui 51,46%. Adapun hasil uji Use Value yang pertama yaitu pemanfaatan bagian tumbuhan, yang paling banyak digunakan yaitu daun dan batang dengan persentase masing – masing sekitar 28%, bagian tumbuhan suruhan paling sedikit digunakan adalah akar dan bunga yaitu masing – masing sekitar 22%. Kedua yaitu pemanfaatan tumbuhan suruhan sebagai obat dan minuman kesehatan yaitu persentase tertinggi asam urat sebesar 38,23%, nyeri otot 23,52%, penurun kolesterol 11,67%, pegal-pegal 8,82%, minuman kesehatan 8,82%, panas dalam 5,88%, dan demam 2,94%. Kata kunci: Peperomia pellucida, Etnobotani, dan Pengetahuan Masyarakat

    Studi Etnobotani Kelapa (Cocos nucifera) di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu

    Get PDF
    Etnobotani adalah studi tentang hubungan antara manusia dan penggunaan tumbuhan secara tradisional. Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai pemanfaatan yang tinggi dalam masyarakat. Berdasarkan survei awal, tanaman kelapa banyak dimanfaatkan sebagai obat, sumber pangan, bahan kerajinan dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, potensi, distribusi dan pemanfaatan tanaman kelapa di Desa Tambi dan Desa Tambi Lor, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang karakteristik dan pemanfaatan tanaman kelapa serta pentingnya konservasi tanaman kelapa. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif melalui eksplorasi pengamatan langsung di lapangan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mendapatkan 3 varietas kelapa yang tumbuh di lokasi penelitian yaitu varietas kelapa dalam hijau, kelapa genjah kuning (gading) dan kelapa genjah hijau. Tanaman kelapa di Desa Tambi dan Desa Tambi Lor dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan kerajinan sebesar 20%, adat istiadat sebesar 10%, obat 14 %, bahan bakar sebesar 16%, bahan bangunan sebesar 17% dan jamu sebesar 1%. Distribusi tanaman kelapa Desa Tambi ditemukan pada 18 titik, sedangkan pada Desa Tambi Lor ditemukan 22 titik tumbuh tanaman kelapa. Penyebaran tanaman kelapa berdasarkan tata guna lahan Desa Tambi hanya dijumpai pada pekarangan dan tepi sawah, sedangkan di Desa Tambi Lor, tanaman kelapa di jumpai disemua lahan yaitu pekarangan, tepi jalan, dan tepi sawah

    Diversitas Tumbuhan Liar Pada Lahan Jagung (Zea mays L.) di Desa Bungbungan Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep

    Get PDF
    Wild plants are plants whose presence on agricultural land can reduce crop yields. Losses due to wild plants to cultivated plants vary depending on the type of plant cultivated, climate, species of wild plants and technical cultivation applied. This study aims to determine the diversity of wild plants in the land of maize (Zea mays L.) in Bung-bungan Village Bluto District Sumenep Regency. This method uses a descriptive exploratory method, for each wild plant found in ± 3600 m2 of corn land. Sampling of wild plants using a 4x4 m plot method. The measured data includes the number of species and the number of individuals calculating important values ​​and diversity indices. The results of the study showed that the Shannon-Wienner Diversity Index analysis of the highest value in maize plants in plantations was found in land II, which was 2.678 indicating moderate diversity, categorized as moderate because there were not too many wild plants on maize.  Keywords: Corn, diversity, wild plants,  ABSTRAK Tumbuhan liar merupakan tumbuhan yang kehadirannya pada lahan pertanian dapat menurunkan hasil tanaman. Kerugian akibat tumbuhan  liar terhadap tanaman budidaya beragam bergantung dari jenis tanaman yang diusahakan, iklim, jenis tumbuhan  liar dan teknis budidaya yang diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diversitas tumbuhan liar di lahan jagung (Zea mays L.) di Desa Bung-bungan Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep. Metode ini menggunakan metode deskriptif eksploratif, terhadap setiap tumbuhan liar yang ditemukan pada lahan jagung seluas ±3600 m2. Pengambilan sampel tumbuhan liar menggunakan metode plot berukuran 4x4 m. Data yang diukur meliputi jumlah spesies dan jumlah individu menghitung nilai penting dan indeks diversitas. Hasil penelitian menunjukkan analisis Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner tumbuhan liar nilai tertinggi pada tanaman jagung di lkebun terdapat pada lahan II yaitu 2,678 menunjukkan keanekaragaman sedang, di kategorikan sedang karena jenis tanaman liar yang ada pada lahan jagung tidak terlalu banyak. Kata kunci: Jagung, Diversitas, Tanaman lia

    Studi Etnobotani Mangrove di Desa Daun Kecamatan Sangkapura dan Desa Sukaoneng Kecamatan Tambak Pulau Bawean Kabupaten Gresik

    Get PDF
    Bawean Island Gresik Regency East Java Province also uses mangroves in their daily lives. This study aims to determine the types of trees that make up mangroves that are utilized and to determine the community perceptions of Daun and Sukaoneng Village, Bawean Island in terms of the utilization of mangrove tree species. Descriptive explorative methods are used which include: literature studies, field observations, interviews with questionnaires, data analysis and observation documentation. Determination of the sample used purposive sampling with 100 respondents. The results of this study indicate that there are 14 species of trees that make up mangroves belonging to 8 families, namely the Euphorbiaceae family, which is only 1 species (Excoearia agallocha), Combretaceae family with 3 species (Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa and Terminalia catappa), Acanthaceae family only 1 species ( Avicennia alba), Rhizophoraceae which are 3 species (Rhizophora aphiculata, Rhizophora mucronata and Ceriops tagal), Lythraceae family with 3 species (Phemphis acidula, Sonneratia alba and Sonneratia ovata), Meliaceae family only 1 species (Xylocarpus moluccensis), Arecaceae family only 1 species (Nypa fruticans) and the Malvaceae family are only 1 species (Thespesia populnea) which belongs to 2 types of mangroves namely true mangroves and mangroves. The people of Daun and Sukaoneng Village, Bawean Island use the most mangrove as building material 32%, fuel wood 17%, dye 2%, believed to have 9% spiritual power, 2% ornamental plants and 12% food ingredients. With the most widely used organs including 62% wood, 7% bark (tannin), 5% fruit, 25% leaves and 1% interest. Keywords: ethnobotany, mangrove, community perception, Bawean island. ABSTRAK Pulau Bawean Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur masyarakatnya juga memanfaatkan mangrove dalam kesehariannya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pohon penyusun mangrove yang dimanfaatkan serta untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Daun dan Desa Sukaoneng pulau Bawean dalam aspek pemanfaatan jenis-jenis pohon penyusun mangrove. Digunakan metode deskripstif eksploratif yang meliputi : studi pustaka, pengamatan di lapangan, wawancara dengan kuesioner, analisis data dan dokumentasi pengamatan. Penentuan sampel menggunakan Purposive samplingdengan 100 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 14 jenis pohon penyusun mangrove yang tergolong kedalam 8 famili yaitufamili Euphorbiaceae yakni hanya 1 spesies (Excoearia agallocha), famili Combretaceae dengan 3 spesies (Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosadanTerminalia catappa), famili Acanthaceae hanya 1 spesies (Avicennia alba), Rhizophoraceae yakni 3 spesies (Rhizophora aphiculata, Rhizophora mucronata dan  Ceriops tagal), famili Lythraceae dengan 3 spesies (Phemphis acidula, Sonneratia alba dan Sonneratia ovata), famili Meliaceae hanya 1 spesies (Xylocarpus moluccensis), famili Arecaceae hanya 1 spesies (Nypa fruticans) dan famili Malvaceae hanya 1 spesies (Thespesia populnea) yang termasuk kedalam 2 tipe mangrove yakni mangrove sejati dan mangrove ikutan. Masyarakat Desa Daun dan Desa Sukaoneng pulau Bawean memanfaatkan mangrove paling banyak sebagai bahan bangunan 32%, bahan kayu bakar 17%, pewarna 2%, dipercaya mempunyai kekuatan spiritual (jimat) 9%, tanaman hias 2% dan bahan pangan 12%. Dengan organ-organ yang paling banyak dimanfaatkan meliputi kayu 62%, kulit kayu (tanin) 7%, buah 5%, daun 25% dan bunga 1%. Kata kunci : etnobotani, mangrove, persepsi masyarakat, pulau Bawean

    Analisis Keanekaragaman Tumbuhan Invasif Di Kawasan Hutan Pantai Balekambang Desa Srigonco Kecamatan Bantur Kabupaten Malang

    Get PDF
    Balekambang Beach is the most visited beach destination in Malang Regency until the end of 2015. One of the invasive pathways of invasive plants is Tourism. The purpose of this study was to identify invasive plant species, diversity and compare the value of the diversity index with abiotic factors.This research method is descriptive with systematic sampling techniques using Belt Transect, and measurements of abiotic factors include edafic factors and climatic micro factors. Invasive alien plant species found in the Balekambang coastal forest are identified as seventeen species namely (Hemighraphis glaucescens), (Oplismenus sp), (Amomum coccineum), (Arenga obtusifolia), (Leucaena leucochephana), (Mimosa sp), (Cassia siamea), (Eupatorium odoratum), (Hyptis capitata), (Cynodon dactylon), (Sida rhombifolia), (Synedrella nudiflora), (Chromolaena odorata),  (Leucaena leucochepala), (Mimosa pudica), and (Ruellia tuberosa) with the index value of invasive plant diversity in protected forests and production classified as high compared to mangroves. The results of the diversity index value with abiotic factors showed a positive (+) direction on soil sailinity where the R2 value was 0.5606 or 50%, which means it showed a relationship between soil salinity and an abundance of invasive plants in Balekambang coastal forest area of 50%.  Keywords:invasive plants, Balekambang beach, belt transect, diversity ABSTRAK Pantai Balekambang adalah destinasi wisata alam pantai di Kabupaten Malang yang paling banyak dikunjungi hingga akhir tahun 2015.Salah satu jalur invasi dari tumbuhan invasif adalah Tourism (Wisata). Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis tumbuhan invasif, keanekaragaman dan membandingkan nilai indeks keanekaragaman dengan faktor abiotik. Metode penelitian ini deskriptif dengan tehnik pengambilan sampling secara sistematis menggunakan Belt Transect, dan pengukuran faktor abiotik meliputi faktor edafik dan faktor mikro klimatik. Jenis spesies tumbuhan asing invasif yang terdapat di hutan pantai Balekambang diidentifikasi sebanyak tujuh belas spesies yaitu Hemighraphis glaucescens, Oplismenus sp, Amomum coccineum, Arenga obtusifolia, Leucaena leucochephana, Mimosa sp, Cassia siamea, Eupatorium odoratum, Hyptis capitata, Cynodon dactylon, Sida rhombifolia, Synedrella nudiflora.Chromolaena odorata, Leucaena leucochepala, Mimosa pudica, dan Ruellia tuberose dengan nilai indeks keanekaragaman tumbuhan invasif pada hutan lindung dan produksi tergolong tinggi dibanding mangrove. Hasil analisis uji korelasi nilai indeks keanekaragaman dengan faktor abiotik menunjukkan arah positif (+) pada salinitas tanah dimana nilai R2 sebesar 0.5606 atau 50%, yang artinya menunjukkan hubungan antara salinitas tanah dengan kelimpahan tumbuhan invasif di kawasan hutan pantai Balekambang sebesar 50%. Kata kunci: tumbuhan invasif, pantai Balekambang, belt transect, keanekaragama

    Estimasi Karbon pada Tegakan Varietas Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Lahan Agroforestri Precet Wilayah Resort Pemangkuan Hutan Wagir KPH Malang

    Get PDF
    Global warming that causes climate change is due to increased emissions of greenhouse gases (GHG) in the form of CO2, CH4 and other forms in the atmosphere. The application of the agroforestry system is one of the efforts to overcome the need for agricultural land by maintaining the function of the forest and the environment. The purpose of this study was to determine the potential for carbon stored in Arabica coffee (Coffea arabica) stands and to determine abiotic factors in the locations where Arabica coffee (Coffea arabica) stands grow in agroforestry areas. This research used descriptive method and coffee stand sampling technique using non-destructive purposive sampling. For each stand sample, 25 trees were taken for each Gayo 1, p88 and Ateng coffee varieties so that the total sample size was 75 trees. Calculation data analysis includes allometric Ketterings dry weight = 0.11 D2.62 (2001) and Arifin allometric formula = 0.281 D2.0635 (2001). Analysis of biomass data carbon = dry weight x 0.47. The results showed that the largest carbon storage was found in the Gayo 1 variety, then the p88 variety and the smallest carbon storage was found in the Ateng variety. Abiotic factors in coffee agroforestry show soil moisture 18.3%, air humidity 60-75%, soil pH 7.5%, soil temperature 21°C, air temperature 21-25°C with an altitude of 900-1100 masl. Abiotic factors affect plant growth, and light intensity also affects plant biomass.Keywords: Agroforestry, Allometrics, Abiotic Factors, Carbon, Coffee VarietiesABSTRAKPemanasan global yang menimbulkan perubahan iklim dikarenakan meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) dalam bentuk CO2, CH4dan bentuk lainnyadi atmosfer. Penerapan sistem agroforestri merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kebutuhan lahan pertanian dengan mempertahankan fungsi hutan dan lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi karbon tersimpan pada tegakan varietas kopi Arabika (Coffea arabica) dan untuk mengetahui faktor abiotik di lokasi tempat tumbuh tegakan varietas kopi Arabika (Coffea arabica) di lahan agroforestri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan teknik sampling tegakan kopi menggunakan purposive sampling non-destructive. Tiap sampel tegakan diambil 25 pohon pada setiap varietas kopi Gayo 1, p88 dan Ateng sehingga jumlah sampel keseluruhan 75 pohon. Analisa data perhitungan meliputi allometrik Ketterings berat kering = 0,11 ρ D2,62 (2001) dan rumus allometrik Arifin = 0,281 D2,0635 (2001). Analilis data biomasa karbon = berat kering x 0,47. Hasil penelitian menunjukkan simpanan karbon terbesar terdapat pada varietas Gayo 1, kemudian varietas p88 dan simpanan karbon paling kecil terdapat pada varietas Ateng. Faktor abiotik di agroforestri kopi  menunjukkan kelembaban tanah 18,3%, kelembaban udara 60-75%, pH tanah 7,5%, suhu tanah 21°C, Suhu udara 21-25°C dengan ketinggian 900-1100 mdpl. Faktor abiotik berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, dan intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap biomassa tanaman.Kata kunci : Agroforestri, Allometrik, Faktor Abiotik, Karbon, Varietas Kop

    Ethnobotany Study of Corn (Zea mays. L) in Tamberu Village West Sokobanah Subdistrict Sampang Madura District

    Get PDF
    Corn, which is a tropical grass that is very adaptive to climate change and corn, also has a life span of 75-150 days. Corn can usually grow to reach a height of 3 meters. Corn which usually has a scientific name Zea mays is not like other grain plants, Corn and commonly called jhegung in the language of Madura is a plant that has often been made into cultivated plants and has often been used by the community groups of West Tamberu Village as food as fuel or as animal feed. This study aims to determine the public perception of the benefits of corn plants found in Tamberu Barat Village, Sokobanah District, Sampang Madura Regency. In this study, researchers used descriptive exploratory methods which included: first-hand study, direct observation in the field, interviews using questionnaire guidance, data analysis and documentation of utilization of corn plants. The characteristics of the varieties found in Tamberu Barat Village consist of three varieties, namely local maize plants, hybrid maize plants, sweet corn plants. Public perceptions of corn plants in the western tamberu village are very high potential of corn plants which are used as food (59%), as fuel (10%), as animal feed (13%) and economic needs (18%).  Jagung yaitu tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim dan jagung juga memiliki masa hidup 75-150 hari. Jagung dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 3 meter. Jagung yang biasa memiliki nama ilmiah Zea mays tidak seperti tanaman biji-bijian yang lainnya, Jagung dan biasa di sebut jhegung dalam bahasa Madura ialah tanaman yang sudah sering dijadikan tanaman budidaya serta sudah sering dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat Desa Tamberu Barat sebagai bahan pangan sebagai bahan bakar maupun sebagai pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang manfaat tanaman jagung yang terdapat di Desa Tamberu Barat Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang Madura. Penelitian imenggunakan metode deskriptif eksploratif yang meliputi : studi putaka, pengamatan langsung di lapangan, wawancara menggunakan panduan kuesioner, analisis data dan dokumentasi pemanfaatan tanaman jagung. Karakteristik varietas yang terdapat di Desa Tamberu Barat terdiri dari tiga varietas yaitu tanaman jagung lokal, hibrida dan manis. Persepsi masyarakat tentang tanaman jagung di Desa Tamberu Barat sangat tinggi potensi tanaman jagung dimanfaatkan sebagai bahan pangan (59%), sebagai bahan bakar (10%), sebagai pakan ternak (13%) dan kebutuhan ekonomi (18%).    &nbsp

    Studi Etnozoologi Reptil di Masyarakat Desa Sumberejo Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang

    Get PDF
    Ethnozoological studies examine community knowledge about fauna biological resources. Sumberejo Village, Poncokusumo Subdistrict, there has been no research on reptiles and their use by the community. The purpose of this study is to know the types of reptiles used by the community, and to find out people's perceptions of reptiles in Sumberejo Village, Poncokusumo District, Malang Regency. This research was conducted in May-June 2019, using a qualitative descriptive method which included: observation, open interview, identification and analysis of data. Respondents' data recorded included the results of interviews with the community regarding reptile potential, reptile descriptions and documentation photos. The results showed that there were 100 respondents interviewed. There were 6 animals found but only 5 animals that were used by the community for medicine, among others Gecko which was used as an itchy and shortness of breath, lizards were used as medicine for itching and bedwetting, then lizards were used for allergies (itching) and asthma. Then the snake is used for strength for men and monitor lizards which are used as medicine for itching, skin diseases, to soften the skin and asthma. Keywords: ethnozoologi, Poncokusumo, reptile ABSTRAK Studi etnozoologi mengkaji pengetahuan masyarakat tentang sumberdaya hayati fauna. Desa Sumberejo kecamatan Poncokusumo belum ada penelitian tentang reptilia dan pemanfaatannya oleh masyarakat, Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui jenis-jenis reptil yang dimanfaatkan oleh masyarakat, dan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang reptil di Desa Sumberejo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei- Juni tahun 2019, menggunakan metode deskriptif kualitatif yang meliputi : observasi, wawancara terbuka, identifikasi dan analisis data. Data responden yang dicatat meliputi hasil wawancara dengan masyarakat mengenai potensi reptil, deskripsi reptil dan foto hasil dokumentasi.. Hasil penelitian menunjukkan ada 100 responden yang diwawancarai. Terdapat 6 hewan yang ditemukan tetapi hanya 5 hewan yang dimanfaatkan masyarakat untuk obat-obatan, antara lain Tokek yang dimanfaatkan sebagai obat gatal dan sesak nafas, cicak digunakan sebagai obat gatal dan mengompol, kemudian kadal yang digunakan untuk alergi(gatal) dan asma. Lalu ular yang digunakan untuk kekuatan bagi pria dan biawak yang dimanfaatkan sebagai obat gatal, penyakit kulit, untuk menghaluskan kulit dan asma.         Kata kunci: etnozoologi, Poncokusumo, repti

    Struktur Makroinvertebrata Bentos Sebagai Bioindikator Kualitas Air di Kawasan Wisata Coban Talun, Kota Batu - Jawa Timur

    Get PDF
    Makroinvertebrata bentos merupakan hewan yang memiliki kepekaan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator untuk menentukan kualitas suatu perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi makroinvertebrata bentos dan mengetahui status perairan di Kawasan Wisata Coban Talun, Kota Batu-Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 hingga Januari 2020. Pengambilan sampel penelitian mengunakan metode Purposive sampling. Makroinvertebrata dikumpulkan dari tiga lokasi (stasiun satu dengan karakteristik daerah wisata dan penambangan pasir, stasiun dua daerah konversi bendungan dan aktivitas wisata, stasiun daerah wisata dan aktivitas merumput) dengan mengunakan  Surber net dan hand net. Kualitas periaran berdasarkan struktur komunitas makroinvertebrata bentos dianalisis mengunakan indeks keanekaragaman, Family Biotic Index (FBI) dan Biological Monitoring Working Party-Average Score Per Taxon (BMWP-ASPT). Hasil penelitian mendapatkan 9 taksa dari ketiga stasiun yaitu Coleoptera, Diptera, Ephemeroptera, Mollusca, Odonata Plecoptera, Thricoptera ,Tricadida dan Rhyanchobdellida. Indek keanekaragaman dari ketiga stasiun memiliki nilai 2.4 – 2.58, yang menunjukan keanekragaman sedang dengan status perairan mengalami pencemaran ringan. Kualitas air dari semua stasiun menujukan cukup hingga cukup tercemar (berdasarkan FBI) dan kualiatas perairan tercemar ringan (berdasarkan BMPW-ASPT). Berdasarkan profil struktur komunitas makroinvertebrata bentos kualitas perairan pada kawasan wisata Coban Talun, memiliki kualitas tercemar ringan hingga sedang. Sehingga diperlukan penggelolaan daerah aliran sungai secara berkelanjuatan untuk menjaga kualitas perairan. Kata kunci: Makroinvertebrata bentos, Kualitas perairan, Coban talun, Batu- Jawa Timur Makroinvertebrata bentos merupakan hewan yang memiliki kepekaan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator untuk menentukan kualitas suatu perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi makroinvertebrata bentos dan mengetahui status perairan di Kawasan Wisata Coban Talun, Kota Batu-Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 hingga Januari 2020. Pengambilan sampel penelitian mengunakan metode Purposive sampling. Makroinvertebrata dikumpulkan dari tiga lokasi (stasiun satu dengan karakteristik daerah wisata dan penambangan pasir, stasiun dua daerah konversi bendungan dan aktivitas wisata, stasiun daerah wisata dan aktivitas merumput) dengan mengunakan  Surber net dan hand net. Kualitas periaran berdasarkan struktur komunitas makroinvertebrata bentos dianalisis mengunakan indeks keanekaragaman, Family Biotic Index (FBI) dan Biological Monitoring Working Party-Average Score Per Taxon (BMWP-ASPT). Hasil penelitian mendapatkan 9 taksa dari ketiga stasiun yaitu Coleoptera, Diptera, Ephemeroptera, Mollusca, Odonata Plecoptera, Thricoptera ,Tricadida dan Rhyanchobdellida. Indek keanekaragaman dari ketiga stasiun memiliki nilai 2.4 – 2.58, yang menunjukan keanekragaman sedang dengan status perairan mengalami pencemaran ringan. Kualitas air dari semua stasiun menujukan cukup hingga cukup tercemar (berdasarkan FBI) dan kualiatas perairan tercemar ringan (berdasarkan BMPW-ASPT). Berdasarkan profil struktur komunitas makroinvertebrata bentos kualitas perairan pada kawasan wisata Coban Talun, memiliki kualitas tercemar ringan hingga sedang. Sehingga diperlukan penggelolaan daerah aliran sungai secara berkelanjuatan untuk menjaga kualitas perairan. Kata kunci: Makroinvertebrata bentos, Kualitas perairan, Coban talun, Batu- Jawa TimurMacroinvertebrates bentos are animals that have sensitivity to environmental changes, they can be used as a bioindicator to determine the waters quality. The purpose of this study was to inventory macroinvertebrates and to determine the status of the waters in the Coban Talun Tourism Area, Batu- City East Java. This research was down from October 2019 to January 2020. The Sampling was performed through purposive sampling method. Macroinvertebrates are collected from three locations (station one with the characteristics of tourism and sand mining areas, two stations for the conversion of dams and tourist activities, tourist area stations and grazing activities) using Surber net and hand net. Macroinvertebrates bentos data was used to analyze diversity index ,Family biotic index (FBI)  and Biological Monitoring Working Party-Average Score Per Taxon (BMWP-ASPT)  . The result showed there were 9 benthic macroinvertebrate orders found which included Coleoptera, Diptera, Ephemeroptera, Mollusca, Odonata Plecoptera, Thricoptera, Tricadida and Rhyanchobdellida. Diversity index from the three stations has a value of 2.4 - 2.58, which indicates moderate diversity with water status low pollution. Water quality from all stations is fair to fairly poor (based on the FBI) and water quality is quite polluted (based BMWP-ASPT) . Based on the of structure community makcroinvertebrata bentos warter quality in the Coaban Talum torism is quite polluted to moderate.  There are need environmental management to sustainability maintain water quality.    Keywords: Macroinvertebrates bentos, water quality, Coban talun. Batu East-Java
    corecore